Cari Blog Ini

Sabtu, 24 Maret 2012

Naskah drama SANGKURIANG

Di halaman rumah. Sayup-sayup sampai di kejauhan terdengar suara gemuruh
Dayang Sumbi keluar dan rumah dengan suluh ditangan
1. DAYANG SUMBI : Rasa-rasa dalam mimpi
§     bahwa di malam inisedang diciptakan telagabeserta perahunya, dimana aku akan berlayaran sebagai istri dan anakku sendiri Rasa-rasa dalam mimpi bahwa tadi aku dipinang anakku dan nanti akan menjadi ibu dari cucuku sendiri
Ah, satu diantara dua :
aku atau anakku, itulah yang sebenarnya bermimpi
di malam ini. Dan karena kini asal tadi dan bakal nanti, maka siapa yang bermimpi malam ini, itulah yang besok pagi kesiangan, itulah pemimpi sepanjang jaman
2. DAYANG SUMBI: Bagaimana ?
o    Apa yang nampak di mata ?
3. BUJANG : Bagai tenaga raksasa yang dicurahkan.
4. DAYANG SUMBI: Bagaimana ?
5. BUJANG : Bumi gemuruh
·         pohon-pohon pada tumbang batu-batu bergulingan membendung air, Dilanda air, Dan siapa yang mengerjakan haiam tidak kelihatan, Tapi yang tidak bisa dipungkin lagi telaga luas akan segera terbukti.
6. DAYANG SUMBI: Dan perahu ?
7. BUJANG : Itupun hampir selesai
8. DAYANG SUMBI: Kalau begitu,
§  kita tidak boleh lalai Mang Aida Lepa dan kawan-kawannya, mesti segera diminta datang
9. BUJANG : Baik, Nyai, biar sekarang juga
·         bibi bangunkan semua
BUJANG TURUN
10. DAYANG SUMBI: Riuh gemuruh dikejauhan,
§      alamat telaga sedang dibangun.Riuh gemuruh di dalam dadaku,karena hati naik turun
Ah, hatiku ! hati manusia yang tahu tiada upaya, tapi juga hati seoiang ibu
yang diancam bahaya. Sebagai manusia, Ya. Dewata
Hatiku turun ke bawah telapak kaki-Mu, hidmat menyembah kebesaran-Mu, menyerah mengalah kepada kehendak-Mu yang benar selalu
Tapi sebagai ibu, ya, anakku ! Hatiku naik ke atas puncak citamu,
keras menolak keingmanmu, bertindak berontak menentang kebenaranmu
yang tiada benar bagiku
BUJANG MUNCUL DIIRINGI ARDA LEPA DAN KAWAN-KAWAN
11. ARDA LEPA : Ada apa, Nyai ?
o    kami dipanggil di malam sepi ?
12. DAYANG SUMBI: Mamang, malam ini
§  bukan malam sepi.Malam ini malam yang serammalam yang berat mengancam
Anakku Sang Kuriang mulai tadi siang menyatakan pendapatnya yang tidak disangka-sangka. Dia tidak mau percaya bahwa mi bukan ibunya
13. ARDA LEPA : Tapi jika semua orang
o    sependapat dengan Sang Kunang,apa yang hendak kite katakan, kawan?Kita semua tidak menyaksikan kapan Sang Kunang dilahirkan, bukan?
14. BERSAMA : Biar buta I Biar mati!
o    Tak pernah kita mengetahui.
15. DAYANG SUMBI: Memang, kalau semua orang
§  sependapat dengan Sang Kuriang,itu terserah kepada merekaTapi bagiku aku adalah ibunya.
Kalau aku bukan ibu Sang Kuriang aku tidak akan menolak dia meminang. Dan mamang sekarang tidak akan diminta datang Apakah mamang setuju. anak mengawini ibu ?
16. ARDA LEPA : Anak mengawini ibu ?
o    Yey, itu tidak lucu !
17. BERSAMA : Itu mesti disapu !
o    Lebih haram dan jinah !Lebih hewan dari hewan !
18. ARDA LEPA : Kalau betul Nyai ibu Sang Kunang
o    kalau betul Sang Kuriang meminangSang Kunang mesti kami buang !Kalau tidak, kami semua ikut berjinah. Kami menjadi hewan.
19. DAYANG SUMBI: Nanti dulu
§  Dengar dulu!Sebagai ibu yang kasih sayang teRhadapanak, pinangan anakku tidak terang terangan ditolak, Aku berjanji mau kawin dengan dia, asal besok ban sedia perahu dan telaga, Ternyata sekarang Perahu dan telaga sudah hampir siap Berarti Sang Kuriang akan dapat memenuhi permintaan ku.
20. ARDA LEPA : Jadi sekarang Nyai ingin
o    supaya tidak jadi kawin ?supaya peiahu dan telagabesok tidak bukti ?
21 DAYANG SUMBI: Betul.
§  Karena itu ku menginginkansupaya kalian membakar hutan,biar apinya bersinar-sinar; menyerupai sinar fajar, biar anakku Sang Kuriang. Melihat siang akan mendatang ! biar maksudnya diurungkan, lantaran merasa kesiangan
22. ARDA LEPA : Ai, ai, Nyai ingin
o    Sang Kunang diajak bermam ?Itu lucu !
23. BERSAMA : Tapi apa mungkin ?
o    Sang Kuriang lain dan yang lain
24. DAYANG SUMBI: Sang Kuriang memang lain dari yang lain
o   tapi Sang Kuriang manusiaDan kepada manusia aku tetap yakin:ada Dewata dalam dirinya
Dan selama ada Dewata di dalam din manusia kewajiban kita bukan menundukan membmasakan tapi menyalakan api keDewataan yang bersemayam di tubuh lawan. Semoga api pembakar hutan menjadi api kedewataan yang bersinar terang-benderang dalam tubuh Sang Kunang !
25 ARDALEPA : Bagaimana kawan.
o    kita sekarang membakar hutan ?
26. BERSAMA : Asal terang
o    ada anak memang ibu
27. ARDA LEPA : Yang sudah terang
o   semua manusia adalah satu Orang lain masih kita juga.Karena itu,
marilah kita ajak Sang Kuriang bermain bersama kita dengan api di tangan kita
Inilah panggilan kita di dalam hidup bersama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar